Karena tugas kuliah tak akan lengkap tanpa turunan.

Kamis, 30 April 2015

LAPORAN PRAKTIK KIMIA UMUM I B1, B2, dan D - PERMANGANOMETRI

I.                  Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari praktikum kimia dasar ini adalah sebagai berikut:
·         B1: Agar praktikan memahami dan terampil dalam menitar larutan KMnO4 dengan larutan baku asam oksalat.
·         B2: Agar praktikan terampil dalam menitar dan memahami cara menetapkan kadar H2O2 secara permanganometri.
·         D: Agar praktikan mampu untuk menentukan kadar klorida dari senyawa natrium klorida.

II.               Teori Dasar

A.    Permanganometri

Prinsip dari metode Permanganometri adalah reaksi reduksi oksidasi. Reaksi-reaksi yang terjadi meliputi perubahan bilangan oksidasi atau perpindahan elektron-elektron dari zat –zat yang bereaksi. Permanganometri adalah penetapan kadar suatu reduktor dengan jalan dioksodasi dengan larutan standar KMnO4 dalam lingkungan asam sulfat (H2SO4 2N). Reaksi  :
2KMnO4 + 10FeSO4 + 8H2SO4 à K2SO4 + 2MnSO4 + 5Fe2(SO4)2 + 8H2O
Permanganometri adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi redoks. Dalam reaksi ini, ion MnO4
bertindak sebagai oksidator. Ion MnO4‾ akan berubah menjadi ion Mn2+ dalam suasana asam. Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat atau besi dalam suatu sample.
Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi.
Satu tetes 0,1 N permanat memberikan warna merah muda yang jelas pada volumen dari larutan yang biasa dipergunakan dalam titrasi. Warna ini dipergunakan untuk mengidentifikasi kelebihan reagen tersebut. Permanganat menjalani beragam reaksi kimia, karena mangan dapat hadir dalam kondisi-kondisi oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7. Kelebihan sedikit dari permanganat yang hadir pada titik akhir titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejulah MnO2.
Teknik titrasi ini biasa digunakan untuk menentukan kadar oksalat. Permanganometri juga bisa digunakan untuk menentukan kadar belerang, nitrit, fosfit, dan sebagainya. Cara titrasi permanganometri ini banyak digunakan dalam menganalisa zat-zat organik.
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah. Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak-balik, sedangkan potensial elktroda sangat bergantung pada pH. Pereaksi kalium permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih dahulu.
Titrasi dilakukan dalam lingkungan asam, sebab untuk menjaga supaya konsentrasi hidrogen ion (H⁺) tetap selama titrasi berlangsung karena dalam lingkungan netral atau basa sebagian dari KMnOdiubah menjadi MnO4 sehingga larutan berwarna coklat yang akan menyukarkan pengamatan pada titik akhir titrasi. Sebagai asam umumnya digunakana H2SO4 encer tidak dapat digunakan HCl, HBr, HI, atau HNO3, sebab:
1.       HCl, HBr, HI akan dioksidsi sendiri oleh KMnO4.
2.       HNO3 sendiri bersifat sebagai oksidator .
Reaksi ini berjalan lambat dalam keadaan asam, tapi cepat dalam keadaan netral. Kelebihan sedikit dari permanganate yang hadir pada titik akhir dari titrasi cukup untuk mengakibatkan terjadinya pengendapan sejumlah MnO2Bagaimanapun juga, mengingat reaksinya berjalan lambat, MnO2tidak diendapkan secara normal pada titik akhir titrasi-titrasi permanganate.
Tindakan pencegahan khusus harus dilakukan dalam pembuatan larutan permanganate. Mangan oksida mengkatalisis dekomposisi larutan permanganate. Jejak-jejak dari MnO2 yang semula ada dalam permanganate, atau berbentuk akibat reaksi antara permanganate dengan jejak-jejak dari agen-agen pereduksi di dalam air, mengarah pada dekomposisi. Tindakan-tindakan ini biasanya berupa larutan Kristal-kristalnya, pemanasan untuk menghancurkan substansi-substansi yang dapat direduksi, dan penyaringan melalui asbestos atau gelas yang disinter (filter-filter non pereduksi) untuk menghilangkan MnO2. Biasanya sebelum disaring dipanaskan terlebih dahulu selama 15-30 menit, jika tidak dipanaskan, sebagai alternative larutan didiamkan dalam suhu ruang selama 2-3 hari. Larutan tersebut kemudian distandardisasi, dan jika disimpan dalam gelap dan tidak diasamkan, konsentrasinya tidak akan banyak berubah selama beberapa bulan. Larutan kalium permanganate harus disimpan dalam tempat yang bersih, berbahan kaca dengan warna gelap yang sebelumnya telah dibersihkan dengan larutan pembersih kemudian dibilas dengan deionised water.

B.     Indikator

Dalam titrasi permanganometri tidak diperlukan indikator, karena larutan standar KMnO4.sudah berfungsi sebagai indikator sendiri (auto indikator) yaitu MnO4 bewarna merah violet setelah dereduksi menjadi Mn²⁺ yang tidak berwarna dan didalam jumlah yang sedikit mennyebabakan jambon pucat.
Aplikasi lain KMnO4 adalah sebagai reagen untuk mensintesis senyawa organik dalam jumlah signifikan dibutuhkan untuk sintesis asam askorbat, kloramfenikol, sakarin, asam isonikotinat dan asam pirazionik.

C.     Larutan Standart

Dalam suatu titrasi bila larutan titran dibuat dari zat yang kemurniannya tidak pasti, perlu dilakukan pembakuan. Untuk pembakuan tersebut digunakan zat baku yang disebut larutan baku primer. Larutan standar primer adalah larutan dimana kadarnya dapat diketahui secara langsung dari hasil penimbangan. Contohnya K2Cr2O4, As2O3 dan sebagainya. Adapun syarat–syarat larutan standar primer adalah :
1.      Mudah diperoleh dalam bentuk murni
2.      Mempunyai kemurnian tinggi
3.      Mempunyai rumus molekul yang pasti
4.      Tidak mengalami perubahan saat penimbangan
5.     Mempunyai berat ekivalen yang tinggi jadi kesalahan penimbangan dapat diabaikan.
Standard-standar primer yang digunakan untuk permanganat, antara lain adalah:
1.      Arsen (III) Oksida
Senyawa As2O3 adalah standard primer yang sangat baik untuk larutan larutan-larutan permanganat. Senyawa ini stabil nonhigroskopik, dan tersedia dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam Natrium hidroksida, dan larutan kemudian diasamkan dengan asam klorida dan titrasi dengan permanganat :
5HAsO2 + 2MnO4‾ + 6H⁺ + 2H2à 2Mn²⁺ + 5H₃AsO₄
(Asam yang diproduksi dengan melarutkan As2O3 berperilakau sebagai sebuah asam lemah monoprotik. Kita akan menulis rumusnya sebagai HAsO2 dan bukan H2AsO3 .) reaksi ini berjalan lambat pada suhu ruangan terkecuali sebuah katalis ditambahkan. Kalium iodida, KI, kalium iodidat, KIO₃, dan iodin monoklorida, ICl, telah dipergunakan sebagai katalis.
2.      Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4, juga merupakan standard primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian yang tinggi, stabil saat pengeringan, dan non higroskopik. Reaksinya dengan permangat agak rumit, dan meskipun banyak penyelidikan telah dilakukan, mekanisme tepatnya tidak pernah jelas. Reaksi berjalan lambat dalam suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai 60ºC. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya meningkat ketika ion manganII terbentuk. ManganII bertindak sebagai katalis, dan reaksinya disebut autokatalik, karena katalisnya diproduksi didalam reaksi ion sendiri. Ion tersebut dapat memberikan efek katelitinya dengan cara bereaksi cepat denagan permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), dimana pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi divalen.  Persamaan utnuk reaksi antara oksalat dan permanganate adalah :
5C2O42- + 2MnO4+ 16H+ à 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain. Selama beberapa tahun analisis-analisis prosedur yang disarankan oleh McBride1, yang mengharuskan seluruh titrasi berlangsung perlahan pada suhu yang lebih tinggi dengan pengadukan yang kuat. Belakangan, Fowler dan Bright2 menyelidiki secara menyeluruh reaksinya dan menganjurkan agar hampir semua permanganate ditambahkan secara tepat ke larutan yang diasamkan pada suhu ruangan. Setelah reaksinya selesai, larutan tersebut dipanaskan sampai 60°C dan titrasi diselesaikan pada suhu ini. Prosedur ini mengeliminasi kesalahan apa pun yang disebabkan oelh pembentukan hydrogen peroksida.
3.      Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai sebuah standar primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besiIII yang diproduksi selama proses pelarutan reduksi yang menjadi besiII. Jika larutannya kemudian dititrasi dengan permanganat, cukup banyak ion klorida yang dioksidasi selain besiII. Oksidasi dari ion klorida oleh permanganatberjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat. Mesipun besi II adalah agen pereduksi yang lebih kuat daripada ion klorida, ion yang belakangan ini teroksidasi secara bersamaan dengan besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan di dalam oksidasi dari As2O3 ataupun Na2C2O4 dalam larutan asam klorida.
Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan asam fosfat, disebut larutan “pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat ditambahkan ke dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganate. Asam fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi (III)dengan membentuk sebuah kompleks, membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai, dan juga menghilangkan warna kuning yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini tidak berwarna, dan titik akhirnya lebih jelas.
Larutan standar sekunder adalah larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan cara pembakuan. Contohnya NaOH, HCl, AgNO3, KMnO4.
Dalam titrasi permanganometri KMnO4 tidak dapat dipakai sebagai larutan standar primer, sebab :
·         Tidak dapat diperoleh dalam keadaan murni bebas dari MnO2
·         Aquadeest yang digunakan untuk melarukan biasanya mengandung bahan-bahan reduktor yang akan mereduksi KMnO4 menjadi MnO2. Adanya MnO2merupakan katalisator pada penguraian KMnO4 sendiri.

D.    Penentuan-penentuan dengan Permanganat

1.   Penentuan-penentuan dengan Permanganat
Penentuan besi dalam bijih-bijih besi adalah salah satu aplikasi terpenting dari titrasi-titrasi permanganate. Asam terbaik untuk melerutkan bijih-bijh besi adalah asm klorida, dan Timah (II) klorida sering ditambahkan untuk membantu proses pelarutan.
Sebelum titrasi dengan permanganate setiap besi (III) harus direduksi menjadi besi (II). Reduksi ini dapat dilakukan dengan reduktor jones atau timah (II) klorida. Reduktor jones lebuh disarankan jika asam yang tersedia adalah sulfat, mengingat tidak ada klorida yang masuk.
Timah (II) klorida biasanya dipergunakan untuk mereduksi besi dalam sampel-sampel yang telah dilarutkan dalam asam klorida. Larutan pencegah Zimmermann-Reinhardt lalu ditambahkan jika titrasi akan dilakukan dengan permanganate.
2.   Penentuan agen-agen pereduksi lainnya
Banyak agen pereduksi selain besi (II) dapat ditentukan melalui titrasi langsung dengan permanganate dalam larutan asam. Diantaranya adalah: Antimon (III) , Arsenik (III), Bromin, Titanium (III), Tungsten (III), Uranium (IV), Vanadium (IV).
3.   Penentuan tidak langsung dari agen-agen pereduksi
Sebuah standar KMnO4 dapat pula dipergunakan secara tidak langsung dalam penentuan agen-agen pengoksidasi, khususnya oksida-oksida yang lebih tinggi dari metal-metal seperti timbale dan mangan. Oksida-oksida semacam ini sulit untuk dilarutkan dalam asam-asam atau basa-basa tanpa mereduksi metal ke kondisi oksidasi yang lebih rendah. Adalah tidak praktis untuk mentitrasi substansi-substansi ini secara langsung, karena reaksi dari zat padat dengan suatu agen pereduksi adalah lambat. Maka sampel direaksikan dengan suatu agen pereduksi berlebih dan dipanaskan untuk menyelesaikan reasi. Kemudian kelebihan agen pereduksi ini dititrasi dengan permanganate standar. Beragam agen reduksi dapat dipergunakan, seperti As2O3 dan Na2C2O4.

E.     Titrasi Pengendapan Argentometri

Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi Argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Al.Underwood,1992).
Berdasarkan indicator yang dipergunakan untuk menentukan titik akhir, argentometri dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
a)      Cara Mohr (1856): indikator K2CrO4, titrant adalah AgNO3. Terutama untuk menentukan garam klorida dengan titrasi langsung atau menentukan garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan baku NaCl berlebih. pH harus diatur agar tidak terlalu asam maupun terlalu basa (berada diantara 6-10).

b)      Cara Volhard : indikator Fe3+, titrant KSCN atau NH4SCN. Untuk menentukan garam perak dengan titrasi langsung, atau garm-garam klorida, bromide, iodide, tiosianat, dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan baku AgNO3 berlebih; juga untuk anion-anion lain yang lebih mudah larut dari AgSCN, tetapi dengan usaha khusus. pH harus cukup rendah, kira-kira 0,3 MH+ agar Fe3+ tidak terhidrolisa.

c)      Cara Fajans: indiKator adalah salah satu indicator adsorpsi menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+, titrant AgNO3; pH tergantung dari macam anion dan indicator yang dipakai.

F.      Kegunaan NaCl, KMNO4, dan H2O2 dalam Dunia Pertekstilan

Natrium klorida (NaCl) merupakan zat pembantu tekstil yang perlu ditambahkan pada larutan celup sebagai elektrolit. Pengaruh elektrolit akan memperbesar jumlah zat warna yang terserap oleh zat warna, meskipun zat warna mempunyai kepekaan yang berbeda. Zat warna dengan gugus sulfat yang banyak akan lebih mudah ditolak oleh serat daripada yang sedikit, sehingga perlu ditambahkan elektrolit.
Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan zat oksidator yang bisa dipakai untuk meluncurkan warna namun tidak dipakai untuk pengelantangan karena reaksinya baik dalam suasana netral maupun asam, dapat menimbulkan endapan yang berwarna kecoklatan. Terhadap serat wol, KMnO4 dapat pula mengoksidasi gugusan amina dalam wol sehingga menimbulkan bintik-bintik yang permanen pada serat.
Hidrogen Peroksida (H2O2) adalah bahan pemutih yang paling tepat dan efisien untuk tekstil. Hidrogen peroksida dijual bebas, dengan berbagai merek dagang dalam konsentrasi rendah (3-5%) sebagai pembersih luka atau sebagai pemutih gigi (pada konsentrasi terukur). Dalam konsentrasi agak tinggi (misalnya merek dagang Glyroxyl®) dijual sebagai pemutih pakaian dan disinfektan. Penggunaan hidrogen peroksida dalam kosmetika dan makanan tidak dibenarkan karena zat ini mudah bereaksi (oksidan kuat) dan korosif.

III.           Alat dan Pereaksi

A.    Alat-alat

·         Erlenmeyer 250 mL
·         Pipet volume 100 mL
·         Gelas ukur 100 mL
·         Piala gelas 110 mL
·         Corong gelas
·         Pembakar

B.    Pereaksi

Pereaksi yang digunakan pada praktikum B1 adalah sebagai berikut:
·         Larutan baku (COOH)2 0,1000 N
·         Larutan KMnO4 0,1000 N
·         Larutan H2SO4  4,0000 N
Pereaksi yang digunakan pada praktikum B2 adalah sebagai berikut:
·         Larutan KMnO4 0,1000 N
·         Larutan H2O2 encer (+3%)
·         Larutan H2SO4 4,000 N
Pereaksi yang digunakan pada praktikum D adalah sebagai berikut:
·         Larutan contoh NaCl 0,0250 N
·         Indikator K2CrO4 5%
·         Larutan AgNO3 0,0100 N

IV.             Reaksi

A.    Reaksi pada Praktikum B1

2 KMnO4 + 3 H2SO4 à K2SO4 + 2 MNSO4 + 3 H2O + 5 O
5 (COOH)2 à 5 H2O + 5 CO2
2 KMnO4 + 3 H2SO4 + 5 (COOH)2à K2SO4 + 2 MNSO4 + 5 CO2 + 8 H2O + 5 O

B.    Reaksi pada Praktikum B2

2 KMnO4 + 5 H2O2 + 3 H2SO4 à K2SO­­4 + MNSO4 + 8 H2O + 5 O2

C.     Reaksi pada Praktikum D

NaCl + AgNO3 à AgCl(s) + NaNO3(aq)
2CrO4(aq) + 2 AgNO3(aq) à Ag2CrO4(s) + K2NO3

V.               Cara Kerja

A.    Cara kerja praktikum menetapkan titar larutan KMnO4 0,1000 N dengan larutan baku asam oksalat 0,1000 N (B1)

1.      Membersihkan buret dan dibilas dengan air suling
2.      Mengisi buret dengan larutan KMnO4 yang akan ditetapkan titarnya.
3.      Memipet 10 mL larutan baku asam oksalat ke dalam Erlenmeyer
4.      Larutan kemudian diasamkan dengan 10 mL larutan H2SO4 4,000 N (pengukuran larutan asam menggunakan gelas ukur).
5.      Larutan dalam erlenmeyer dipanaskan sampai suhu 60o – 70o
6.      Selagi masih panas, larutan dititar dengan larutan KMnO4 dari buret sampai titik akhir yang berwarna merah jambu muda.
7.      Menghitung titar KMnO4 dan kadarnya dalam g/L

B.    Cara kerja praktikum menetapkan kadar H2O2 secara permanganometri (keduanya oksidator) (B2)

1.      Membersihkan buret dan dibilas dengan air suling
2.      Mengisi buret dengan larutan KMnO4 0,1000 N
3.      Memipet 25 mL larutan contoh H2O2 dipipet ke dalam labu ukur 100 mL lalu diencerkan dengan air suling sampai tanda garis.
4.      Memipet 10 mL larutan encer ke dalam Erlenmeyer
5.      Larutan diasamkan dengan 10 mL larutan H2SO4 4,000
6.      Larutan kemudian dititar dengan KMnO4 0,1000 N dari buret sampai titik akhir berwarna merah jambu muda.
7.      Menghitung kadar (%) H2O2 asal jika berat jenis larutan asal dianggap 1.

C.     Cara kerja praktikum menetapkan kadar klorida dalam NaCl menurut cara mohr (D)

1.      Membersihkan buret dan dibilas dengan air suling dan diisi dengan larutan AgNO3 0,0100 N lalu diimpitkan dengan garis skala nol.
2.      Memipet 10 mL larutan contoh NaCl 0,0250 N ke dalam labu ukur 100 mL lalu diencerkan dengan air suling sampai tanda garis.
3.      Memipet 10 mL larutan encer dipipet ke dalam Erlenmeyer.
4.      Membubuhi 2 – 3 tetes K2CrO4 5% sebagai indikator.
5.      Kemudian larutan di dalam Erlenmeyer tersebut dititar dengan larutan AgNO2 0,0100 N dari buret sampai terbentuk endapan yang berwarna merah bata.
6.      Hitung kadar Cl dalam contoh tersebut.
VI.            Data Percobaan dan Perhitungan


VII.        Diskusi

Pada praktikum B1, larutan terlebih dahulu dipanaskan pada suhu 60oC – 70oC karena larutan cukup sukar bereaksi dan dapat bereaksi pada suhu tertentu. Suhu dipastikan harus tepat pada trayek 60oC – 70oC saja karena jika terlalu panas hasilnya akan tidak tepat.

Berbeda dengan titrasi asam basa, pada percobaan B1 dan B2 tidak perlu lagi menggunakan indikator. Hal ini dikarenakan kesetimbangan yang bisa ditunjukkan oleh larutan melalui perubahan warna. Tidak seperti titrasi asam basa yang kondisi kesetimbangannya tidak bisa diketahui karena tak ada perubahan warna sehingga diperlukan adanya indikator.
Selain itu, larutan harus terlebih dahulu diasamkan. Ada dua lingkungan pH yang dapat mempengaruhi daya oksidasi larutan KMnO4 sehingga daya oksidasi tersebut berbeda kekuatannya. Dalam lingkungan asam reaksinya ada sebagai berikut:
2 KMnO4 + 3 H2SO4 à K2SO4 + 2 MnSO4 + 3 H2O + 5 O
Sedangkan dalam lingkungan netral atau basa terjadi reaksi berikut:
2 KMnO4 + H2O à 2 MnO2 + 2 KOH + 3 O
Maka berdasarkan reaksi di atas oksidasi paling kuat terjadi dalam lingkungan asam.
Pada praktikum ini, praktikan sempat mengalami sedikit kesulitan dalam pembacaan hasil titrasi karena warna larutan KMnO4 yang berwarna ungu pekat, hampir sama warnanya dengan warna skala pada buret, sehingga skala yang ditunjukan agak sulit dibaca.
Pada praktikum D kita menggunakan metode mohr. Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CrO4 sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42-    +     2H-          ↔        CrO72-      +       H2O
Basa   : 2Ag+        +     2OH-      ↔       2 AgOH
2AgOH ↔      Ag2O       +       H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat, maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi. Sebagai indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.

VIII.     Kesimpulan

Dari praktikum-praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
B1
Normal KMnO4 adalah 0,0935 N dan kadar KMnO4 dalam g/L adalah 2,9346 g/L.
B2
Kadar H2O2 dalam larutan adalah 22,9683 g/L dengan persentase 2,2968%
D
Kadar Cl dalam larutan NaCl tersebut adalah 1,1538 g/L dan kadar NaCl adalah 1,9013 g/L.             

IX.             Daftar Pustaka

Modul Praktik Kimia Dasar I. (n.d.). Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
http://evelyta-appe.blogspot.com/2013/06/permanganometri.html
http://btagallery.blogspot.com/2010/03/analisa-kadar-nacl-dalam-tepung-tapioka.html
http://fazaneilisa.blogspot.com/2014/01/titrasi-pengendapan-argentometri-i.html
http://borosh.blogspot.com/2014/02/proses-pengelantangan-bleaching-smk.html
http://siroofehling.wordpress.com/2013/05/21/bahan-kimia-cair-padat-beserta-fungsinya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Hidrogen_peroksida
http://siroofehling.wordpress.com/2013/05/21/bahan-kimia-cair-padat-beserta-fungsinya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Commented only if there are complaints. Thanks :)